Di dunia sepak bola, Brasil merupakan standar emas. Brasil merupakan satu-satunya negara yang tidak pernah absen di putaran final Piala Dunia. Brasil juga menjasdi satu-satunya negara yang merebut gelar juara di luar benua tempat Piala Dunia berlangsung.
Sejak tahun 1958 atau dalam 13 priode penyelenggaraanPiala Dunia, Brasil sukses mengoleksi lima gelar juara dan dua lagi menjadi runner-up. Jika dilihat dari empat penyelenggaraan Piala Dunia terakhir, rekor Brasil bahkan cukup fantastis karena tiga kali tampil di final dan dua kali juara. Satu kekealahan berasil di final terjadi pada Piala Dunia 1998 dari tuan rumah Perancis.
Berasil memang fenomena. Lebih penting dari itu, berasil disukai berkat permainan indahnya atau jogo bonito. Permainan jogo bonito intinya kombinasi antar keterampilan (skill) individu dan kolektivitas. Setiap pemain dibebaskan berintimprovisasi. Mereka bisa sesuka hati bergerak di semua lini.
jogo bonito semakin indah dengan elemen pergerakan tanpa bola yang mengecoh lawan atau penempatan bola yang tidak bisa di jangkau lawan. Melalui kaki-kaki permainan, bola Berasil mengalir seperti lanturan musik ysng indah. Pemain Berasil seperti menari di lapangan. Sentuhan bola dari kaki ke kaki begitu cepat dengan gaya yang aktratif yang sering tidak bisa dibaca lawan.
Seorang sosiolog Brasil, Gilberto Freyre, dalam bukunya yang terbit tahun1959 menyebutkan, sudah menjadi ebiasaan orang Brasil memainkan tarian untuk mengurangi beban pikiran dalam pekerjaan atau kehidupan keseharian. “itu sebabnya, orang Berasil bermain ola seolah-olah itu tarian,” kata Freyre.
Dalam sejarah sepak bola brasil di piala dunia, permainan jogo bonito yang paling menawan adalah pada Piala Dunia tahun 1970 dan 1982. Pada Piala Dunia 1970, Brasil diperkuat pemain-pemain penuh bakat, seperti Carlos Alberto, pele, Gerson, Tostao, Jairzinho, dan Rivelino. Tahun itu menjadi masa emas permainan jogo bonito karena Brasil tampil sebagai juara dunia untuk ketiga kalinya dan membawa pulang piala Jules Rimet.
Setelah era itu, permainan Berasil di Piala Dunia memeang masih enak dilihat, tetapi tidak seindah permainan pele dan kawan-kawan. Pada Piala Dunia 1982, “musik jogo bonito” kembali berdetak. Socrates menjadi dirigen untuk rekan-rekannya, seperti Zico, Eder, Tononho Cerezo, Falcao, dan dua bek sayap, Junior serta Leandro.
Sayangnya, hiburan jogo bonito tidk mencapai partai punca. Permainan indah ti, yang di latih Tele Santana ini, tidak cukup efisien mengatasi permainan bertahan italia. Meski permainan Brasil selalu tampil menarik di ajang Piala Dunia berikutnya, banyak pengamat menilai bahwa
jogo bonito sudah mulai pudar.
Diambil dari KOMPAS, jumat, 2 juli 2010
This entry was posted
on 23.49
.
You can leave a response
and follow any responses to this entry through the
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
.
0 komentar